CATATAN hitam kembali menghiasi wajah sepak bola Tanah Air. Disaat mimpi untuk mengangkat Indonesia ke percaturan sepak bola dunia tengah dibangun, publik Tanah Air justru harus mendengar cerita miris. Minggu (27/5), arena Gelora Bung Karno (GBK) bersimbah darah seusai pertandingan Liga Super Indonesia antara Persija Jakarta dan Persib Bandung. Tiga penonton tewas akibat pengeroyokan.
Lazuardi (29), Rangga Cipta Nugroho (22), dan Dani Maulana (16) tewas sia-sia usai menyaksikan klub kesayangan mereka bertanding. Ketiga pemuda nahas itu harus meregang nyawa akibat fanatisme sepak bola yang berlebihan.
Pihak Kepolisian memang telah menangkap lima orang pelaku pengeroyokan. Kelimanya ditangkap di Jakarta pada Kamis (31/5), setelah polisi memeriksa sebanyak 18 orang saksi. Namun peristiwa yang membuat hati miris tersebut tetap saja mencoreng wajah sepak bola kita yang saat ini masih berjalan di lorong gelap. Terlebih, peristiwa itu bukanlah yang pertama kali terjadi dalam sepak bola Indonesia.
Kebrutalan para suporter memang masih selalu menghiasi setiap pertandingan sepak bola di negeri ini. Kalau bukan soal fanatisme, hasil pertandingan dan kepemimpinan wasit yang tidak adil selalu menjadi pemicu aksi brutal mereka. Sudah tak terhitung lagi kerugian yang diderita masyarakat umum akibat ulah para suporter. Mulai dari pengerusakan fasilitas umum hingga hilangnya nyawa.
Mencari pangkal utama dari kesalahan ini tentu ibarat meluruskan benang yang kusut. Semua pihak punya andil dalam semua kesalahan ini. Bukan hanya fanatisme suporter yang berlebihan, pemain, klub, bahkan wasit juga mempunyai peran besar dalam hal ini. Namun, tewasnya tiga pemuda tersebut mengisyaratkan kalau kesalahan yang telah lama menghinggapi dunia sepak bola negara kita harus segera diperbaiki. Tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Tanggung jawab terbesar tentu ada di tangan PSSI dan juga kementerian terkait selaku pemangku kebijakan. Jika mereka masih saja menyepelekan peristiwa mengenaskan ini, dengan tidak adanya tindakan yang benar-benar tegas, mereka hanya akan membuat bom waktu saja.
Namun meminta ketegasan dan sikap adil dari PSSI sepertinya adalah hal yang sangat sulit. Banyaknya 'borok-borok' PSSI yang telah diketahui pihak klub jelas membuat organisasi tertinggi sepak bola Tanah Air itu sulit untuk memberikan hukuman yang tegas dan membuat efek jera. Hanya melarang klub bermain di markas mereka dengan tanpa penonton, tentu bukanlah suatu hukuman yang bisa menghentikan kekerasan dalam dunia sepak bola.
Selain itu, adanya dualisme kompetisi juga memperlihatkan kalau PSSI memang sudah tidak mempunyai wibawa lagi sehingga sulit untuk mengharapkan mereka bisa menyelamatkan sepak bola di negeri ini.
======
Insiden Pengeroyokan Supporter Persib yang ditemukan oleh User KasKus "heartbreakkingz"
Ditemukan melalui Status Facebook
Video
Menjadi suporter yang tertib dan beradab mungkin menjadi satu-satunya cara yang bisa dilakukan oleh masyarakat yang masih cinta dan ingin menyelamatkan sepak bola Indonesia. Selama aksi brutal selalu dipertontonkan para suporter, mustahil rasanya melihat Indonesia bisa tampil di pentas dunia.
Untuk lebih rincinya, lihat di KasKus.co.id
0 Komentar